Observasi. Kegiatan kesukaan saya
setelah melamun. Langsung saja saya akan memaparkan hasil Observasi Hara Nan
Sia-Sia di suatu Coffee Shop sore ini.
1. Tepat
arah jam 1 dimana saya duduk saat ini ada sepasang sejoli yang sepertinya
sedang mabuk, mabuk apalagi kalau bukan mabuk cinta. Keduanya bukan remaja
tanggung, sekitar umur 25-28 tahun. Sudah setelah jam lebih mereka saling
menatap, kontak mata lepas beberapa kali hanya karena perempuan yang tiba-tiba
bersandar ke bahu Si Pria lalu kembali saling menatap ketika Si Pria kembali
membuka pembicaraan. Keduanya tidak terlihat canggung, malah saya yang terlihat
salah tingkah. Jelas ini menggelikan, bukan karena saya saat ini sedang single
tapi lebih karena disekililing mereka banyak anak-anak kecil. Ada yang
mencuri-curi pandang memperhatikan pasangan sejoli ini sambil memainkan
brownies dengan garpu kecilnya, ada juga yang sengaja berjalan mendekati meja
pasangan sejoli ini, berdiri 30 detik menatap bingung tanpa berkedip, Kids! Dan ada juga wanita tak lagi remaja yang hanya
memainkan otot mata untuk melirik lalu menuangkannya dalam tulisan, itu saya.
Sebenarnya apa
yang sedang terjadi diantar mereka berdua saat ini? Sesekali perempuan
menggeleng, apa si pria meminta sesuatu kepada si wanita seperti.... hmm you
know tapi Si Wanita belum siap, atau kemungkinan yang lain Si Pria sedang
menawar permintaan Si Wanita yang ingin dibelikan perhiasan.
Si Pria: “Tas aja deh”
Si Wanita:
*menggeleng lembut sambil tersenyum*
Si Pria: “Jam
Tangan? Kamu pengen kita punya Jam Couple kan?”
Si Wanita:
*kembali menggeleng dengan tempo yang sama*
Si Pria: “Kamu
kan tahu kita sebentar lagi mau menikah bla bla...”
Oke itu hanya
khayalan saya. Kemungkinan terakhir ya mereka memang tipe pasangan yang anti-mainstream,
cara mengungkapkan rasa sayang dengan saling menghirup CO2 pasangannya.
Akhirnya saya
menghampiri mereka, untuk basa basi permisi memakai stop kontak di dekat meja
mereka untuk charger laptop saya. Mereka acuhkan saya.
2. Korban
saya selanjutnya adalah seorang ibu muda dengan rambut hitam panjang
bergelombang, sesekali menyeka poni belah tengah yang kadang turun menutupi
kiri kanan penglihatannya. Dia menggunakan legging bermotif semarak, cardigan
berwarna pastel berbanding terbalik dengan warna hijau menyala pada tank top
ketatnya. Smooky eyes dan blush on yang terlihat tidak natural ini membuat saya
menjulukinya dengan Tante Gaul. Ia tidak sendirian, ditemani oleh perempuan
kecil 2-3 tahun dan Mbak-nya si anak yang terlihat tidak mau kalah gaul dengan
si majikan. Gaya bicara tante gaul ini tidak tenang, terburu-buru, memerintah
dengan mata yang terus-terusan memperhatikan sekitar dengan mimik antagonis. Si
Mbak diminta untuk menyebutkan apa saja barang yang di belanjakan olehnya.
Si Mbak: Pertama
beli tas..
Si Tante Gaul:
Iya..Charles and Keith
Si Mbak: Terus
baju nyonya
Si Tante Gaul:
Merk apa tadi? Masih ingat gak kamu?
Si Mbak:
Minimal.. untung diskon ya Nyah
Si Tante Gaul:
*melotot*
Saya:
*mendengus*
Jadi kira-kira
seperti itulah percakapan yang berlangsung. Mungkin Si Tante Gaul ini merasa ia
lah bintang di Coffee Shop ini, seakan-akan orang lain peduli dengan apa yang
terjadi pada hidupnya. Sungguh menyedihkan bila perkiraan saya itu simetris
dengan isi otaknya.
Tak lama Sang
Putri Kecil merengek minta pulang karena tidak sabar makan nasi goreng Mang
Kumis. Lalu observasi saya pada mereka pun berakhir.
3. Terakhir,
seorang Ayah muda yang sedang berdiri di
area barista. Mungkin ia salah satu pelanggan di Coffee Shop ini, karena
barista tak canggung mencium rambut putra kecilnya yang ia dudukan di atas meja
kasir. Dugaan saya ia sedang menunggu istrinya selesai berbelanja, tipikal
suami pada umumnya. Ayah dan anak ini duduk di depan saya, Si Ayah membuka cup
lalu mencolek white cream dengan sedotan lalu menyodorkannya ke anak. Si Anak
tersenyum kecut, mungkin karena ia menggigit dark chocolate. Saya beri 100 poin
untuk ayah ini karena tidak membuka gadget ketika sedang bersama anaknya.
Observasi berakhir sampai disini,
karena orang yang dinanti sudah tiba. Bye!