Sepertinya bukan saya saja yang merasa kalau 2013 terasa cepat, beberapa
hari yang lalu saya juga membaca kalimat bertema serupa pada beberapa akun social
media yang saya ikuti. Apa memang kalimat itu memang kalimat wajib yang setiap
ujung tahun diucapkan oleh orang-orang. Untuk saya tidak, tahun 2012 saya terasa
lama, mungkin juga karena adanya Tugas Akhir yang berakhir dengan Toga Party.
Tugas Akhir yang membuat hari makin hari terasa lama karena sering mengerjakan
hal yang sama day by day (baca: revisi terus-terusan).
Tahun 2013 bukan tidak saya alami dengan biasa saja, mana bisa saya sebut
Konser Sigur Ros dan Pendakian Gunung Pertama kejadian yang biasa saja. Membuka
kembali ingatan tentang 2 kejadian tadi saja sudah menaikan 200% mood saya
(hiperbola).
Tapi kenapa 2013 hanya terasa seperti 120 hari (satu bulan 10 hari) pergi
kemana 245 hari yang lain?
Apa karena ditahun ini akhirnya saya berstatus Single setelah 7 tahun
non-stop memiliki hubungan cinta dengan pria (sebelum 7 tahun, saya dilarang
pacaran karena masih SMP). Sepertinya hal itu tidak terlalu berperan besar pada
hidup saya, mungkin karena saya menikmati segala kesendirian saya.
Tiga tahun sebelum ini saya berada di Rooftop salah satu kostan di Bandung,
kost teman semasa kecil pacar saya saat itu. Saya dan dia berbaring diatas
genteng tanah liat memandang langit berbintang dan berkilat kembang api,
sesekali beradu pandang. Sebelumnya kita menikmati dinner NYE di… salah satu Fast
Food ditengah kota. Sederhana ya. Dua tahun sebelum ini saya bersama 2 orang teman
lain melewati pergantian tahun di parkiran Senayan. Bukan, disana tidak ada
acara special apapun. Kami berada di dalam mobil, mendengarkan radio untuk tahu
apakah tahun sudah berganti atau tidak. Kita bersulang dengan bir cemen ketika quick
count berhenti diangka satu (sebelumnya kita juga bersulang untuk quick count
boongan dari penyiar radio, baru 5 menit sebelum. Gondok, karena sudah saling
bilang permohonan untuk tahun depan. Padahal tahunnya belum berganti). Kenapa
kita ada di parkiran mobil? Sebelumnya kita berminat NYE salah satu café (bukan
Bar) di Kemang. Karena saat itu salah satu teman saya sedang ada masalah dengan
pacarnya, jadilah 2 orang temannya termasuk saya kabur dari café itu,
kemana-mana macet akhirnya ke parkiran, lalu jalan kaki ke salah satu Fast Food
untuk makan, dan membeli bir. 2 tahun baru berturut-turut saya lalu di fast
food yang sama, Mc D. Setahun kemarin, saya merayakan pergantian tahun di rumah
pacar saya saat itu (berbeda dengan sebelumnya) yang ujung-ujungnya juga ke
rooftop untuk melihat kembang api orang lain.
Dan tahun ini, untuk pertama kalinya saya lalui pergantian tahun sendirian.
Tidak benar-benar sendirian juga sih, saya ditemani belasan orang yang saya
tidak kenal di Coffee Shop tempat dimana saya mengetik saat ini. Sendirian
karena pilihan, saya membatalkan opentrip tahun baruan di Pulau Seribu, menolak
untuk diajak mencari keramain NYE di tengah kota, dan membatalkan pajama’s
party di apartment teman saya yang juga sendirian saat tahun baru.
Sekarang mari kita bicara soal resolusi. Pertama, sesuai apa yang Ibu
inginkan pada saya ditahun depan: Untuk lebih meningkat iman, tidak gampang
meninggalkan sholat. Sejujurkan ini resolusi langganan sejak saya masih
mengenal dosa meninggalkan sholat. Mari sama-sama ucapkan “Amin” dalam hati
untuk resolusi untuk saya dari Ibu ini. Thank you ;)
Kedua,..
Entah kenapa menciptakan resolusi
selalu sulit untuk saya, hidup spontanitas sepertinya sudah mendarah daging,
jadi sulit memikirkan mau-jadi-apa-kedepannya.
Ah sudahlah, selamat tahun baru!
*raise the cup of coffee*