Senin, 31 Desember 2012

Kamu punya resolusi? Saya punya kaleidoskop.

"Apa resolusimu di tahun baru, Tria?" ujar Alter Ego-ku yang berwatak perfeksionis di pagi ini. 
"Sederhana, resolusiku tidak lagi menekan tombol Snooze ketika alarm merobohkan mimpiku" hati mencelos. 
***
Resolusi. Resolusi apa yang harus saya pamerkan ke orang-orang yang menanyakan hal ini. Saya mempercayai teori "Suatu rencana yang dibicarakan ke orang lain, kemungkinan gagalnya mencapai angka 80%". 
Teori ini berdasarkan pengalaman hidup 20 tahun. Seremeh apapun rencana yang saya bicarakan ke orang, hampir selalu gagal, tidak terjadi, tidak sesuai dengan ekspektasi. Berujung pada lamunan kecewa. Bukan berarti saya tidak punya resolusi. Harapan pasti ada, tapi jangan lupa pengertian harapan menurut KBBI ya, Tria.  

Lupakan resolusi, saya punya kaleidoskop 2012! Yeyeyeyeyeee 
Januari
Untuk pertama kalinya saya ngantor! Magang di Femina Group bagian redaksi. Memopad smartphone menjadi saksi bisu bagaimana riweuhnya culture shock ini. 
Untuk pertama kalinya juga saya melewati ulang tahun dengan kesendirian. Tengah malam saya meniup kue ulang tahun yang saya beli sendiri. Seru kok (kalimat ini bernada tidak yakin gitu ya)

Februari
Saya mulai menulis cerita lagi. Tokohnya bernama Alana dan Devdan. Cerita ini tentang perjalanan melewati berbagai medan, cuaca, air, tanah, aspal dan udara dengan sedikit aroma cinta Dewi Saraswati dan Dewa Brahma. Namun sayang cerita ini terlupakan. Masih tersimpan rapi di sudut memory internal netbook saya yang sekarang rusak. Novel ini masih 30%.

Maret
Saya dipertemukan dengan Sigur Ros. Saya yakinin mereka punya energi yang sangat kuat. 

April
Senggol-Tikam. Beginilah keadaan saya menjelang deadline TKA.

Mei
Masa kuliah berakhir, galau masa depan menyerang teman-teman sementara saya masih terlalu sibuk dengan  kegiatan leyeh-leyeh yang padat

Juni
Sidang dan lulus dapat nilai A. Tidak terlalu menarik.

Juli
Liburan ke Pulau Pramuka bersama teman seangkatan. Senang sekali karena saya benar-benar menikmati liburan. Saya tidak peduli kulit saya menghitam. Saya tidak terikat dalam grup tertentu. Saya bebas bermain dengan siapa saja, tidak perlu ada si anu atau si itu untuk mengunjungi/tidur/makan/mandi. Sudah lama saya tidak sepeduli itu dengan banyak orang.

Agustus
Saya putus dengan hubungan yang nyaris mencapai 6 tahun (min 2 hari saja). Lega dan merdeka, itulah yang saya rasakan. Saya bisa keluar dari lingkaran, entah lingkaran malaikat atau lingkaran setan kah itu.

September
Wisuda. Hari indah dimana dunia terasa begitu menyiksa (Nah lho). Tentu saja saya bahagia bisa wisuda tepat waktu, sayang Ayah tidak bisa ikut. Tak apa Ibu dan Akak juga sudah cukup kok. Menyiksa karena wajah saya licin, tebal, bibir berminyak, bulu mata berat (saya merasa sedang memakai topi di pelupuk mata), kaki menjinjit, dan badan yang diremas oleh torso. Bahagia karena saya mendapat 2 bungkusan yang berisi bunga.  Bungkusan pertama berwarna merah dari Ibu dan Akak.

Oktober
Setelah menjadi panda selama sebulan. Akhirnya saya dengan segudang kemageran, interview untuk kerja di Campina dan diterima. Alhamdulilah, hidup dengan uang sendiri pun dimulai.

November
Apa ya?
Menikmati pola hidup baru. Teratur. Bangun pagi, jam tidur, sarapan, makan siang dan makan malam tepat waktu, bahkan pencernaan pun ikut teratur. 


Desember
NAH! bulan ini lebih "apa ya?" banget daripada sebelumnya. 

oke. Selesai sudah catatan akhir tahun. 
Selamat tahun baru uyeee lala~

Jumat, 28 Desember 2012

Rawamangun. Rawa melamun.




Ternyata saya belum siap menjumpai Aurora Borealis. Melihat senja dari kaca bis saja sudah membuat saya lebih dari bahagia. Seketika macetnya jalan tol membuat saya merasa berada di kereta melayang yang ada di video klip theme song Chibi Maruko Chan. 
Ah saya tidak ada waktu untuk mendongkolkan macet ini. 
Jari menunjuk, otak berpikir menajam. "Warna apa ini?". Saya tidak menemukan nama warna yang sepadan dengan langit, awan dan matahari ini. Merah? Tidak, Kuning? Tidak. Bahkan Jingga pun tidak. Bila saya berkuasa menciptakan nama warna, maka saya beri nama warna-warna pemandangan ini dengan Indah atau Bebas atau Nyaman atau entahlah saya kehabisan kata-kata.
Lihatlah, lampu jalan seakan anting-anting yang cantik untuk rupa senja ini.

Tersadar, saya wanita yang egois. Tidak terpikir untuk berbagi pemandangan ini dengan pria mana pun (saat ini)

Rawamangun, 27 Desember 2012 18.23

Minggu, 16 Desember 2012


Tersenyum
Berputar, memutar-putar
Berpegangan tangan
Seluruh dunia terlihat kabur
Kecuali kamu, berdiri

Minggu, 09 Desember 2012

0.53am

Saat ini yang mahal tak lagi harga tiket pesawat, namun waktu libur. Berulang kali saya ketik kata 'Homesick' di new tweet, berakhir dengan menekan pilihan Discard. Begitu pula pada private message kepada orang terdekat, clear field. Mungkin dalam 1 hari ada 24 kali saya berkesah rindu akan rumah. 
Mungkin mental ini memang masih ranum.
...

Selamat ulang tahun, Ayah

Jumat, 14 September 2012

Mereka bilang ini wisuda

Buat saya ini Hari-Indah-Namun-Menyiksa. Indah karena hari itu saya melahirkan bayi yang sudah saya kandung selama 3 tahun. Menyiksa karena seperti ibu-ibu lain, proses melahirkannya yang saya alami cukup menyiksa. Saya harus berurusan dengan kebaya, songket, dan high heels. 
Dimulai dari masalah kebaya. Saat itu semua penjahit tidak lagi menerima orderan karena menjelang lebaran. Jahitan mereka lebih banyak dari hari biasa, mau pulang kampung dan deadline yang saya berikan cukup singkat untuk pembuatan kebaya. Akhirnya saya harus menelan pil pahit. Kain kebaya yang sudah saya beli dan pilih sendiri tidak akan membaluti tubuh saya ketika wisuda nanti. 
Untuk songket, saya juga membeli & memilihnya sendiri. Songket pertama yang saya pilih adalah berwarna ungu tua kehitam-hitaman. Sangat cantik. Namun sayang, selendangnya hilang. Ibu tidak mengizinkan saya membeli tanpa selendang. Saya kecewa, akhirnya saya memilih warna hijau tua. Saya langsung menyandungkan lagu Pink Floyd berjudul Green is the Colour dengan nada sangat rendah. 
Masih ada lagi. Toga! Saya mengambil toga di hari pengambilan terakhir. Sesampainya dibalairung terdapat tulisan bahwa toga ukuran S akan datang 2 hari lagi. Baiklah. 2 hari berlalu, saya datang kembali ke balairung untuk menjemput toga. Memang tidak ada kertas pengumuman lagi saat itu. Adanya seorang bapak yang memberitahukan bahwa saat itu yang tersedia hanya ukuran L, ukuran S akan datang beberapa jam lain. Saya harus menunggu lagi. Tidak apa-apa. Saya hanya bisa menyabarkan diri sendiri. Menunggu toga sambil menghitung orang-orang yang berpakaian biru diruangan itu. 17 orang. Tidak penting memang. Beberapa jam berlalu, akhirnya toga datang, mahasiwa (termasuk saya) mengerubungi panitia. Lucunya ukuran S tetap tidak ada. Saya melipatkan tangan di bawah dada, menyantaikan diri sendiri. "Baiklah ukuran M juga tidak apa-apa". Akhirnya giliran nama saya yang disebut. Tahu apa yang terjadi? Saya nama pertama setelah toga berukuran M habis. Artinya, saya mendapat toga ukuran L. Toga yang sudah ada dari awal. Saya tertawa menyeringai entah kepada siapa. Mungkin kepada malaikat di bahu kanan saya, Rakib. Semoga malaikat Rakib tidak lupa mencatat kesabaran saya hari itu.
Lupakan soal atribut Wisuda. 4 hari sebelum wisuda berlangsung, di laksanakan yudisium. Saya sama sekali tidak tidur malamnya. Saya pergi ke salon untuk berkonde dan Make up. Salah saya memang tidak peduli dengan make up dan terlalu percaya pada mbak salon. Alhasil muka saya seperti Alien. Make up terlalu berwarna. Menjijikan. Saya menyadarinya ketika selesai karena cermin didepan saya terhalang peralatan make up. Saya tidak berinisiatif untuk meminta mbak salon menggeserkan alat make up karena akan membuang waktu, sedangkan saya ingin cepat-cepat selesai karena tidak betah. dengan proses make up ini. Akhirnya saya menghapus sedikit wajah saya dengan tissue. Saya malas berurusan dengan mbak salonnya lagi. Saya mengganti baju dengan kebaya. Torso nya kekecilan dan perut saya buncit. Terpaksa saya tidak makan siang karena takut torso semakin sempit.Yudisium berlangsung. Saya kesulitan dengan high heels yang memang lebih tinggi dari heels yang pernah saya gunakan seumur hidup. Saya duduk dibagian belakang sehingga mendapat giliran untuk berfoto dengan rektor pun sedikit lama. Saya antri dengan beratus-ratus wisudawan lainnya. Sesekali saya keluar barisan dan menyuri untuk duduk. Telapak kaki saya sangat sakit, belum lagi punggung yang dibalut torso dan rasa haus yang sangat teramat haus. Semakin ke depan makin mendesak, antrian memiliki dua cabang, saya berada di tengah-tengah pertemuan 2 antrian itu. Ditengah-tengah kerumunan orang, saya menyadari keadaan saya sedang oke. Saya kekurangan udara, haus,  belum tidur, belum makan siang, torso kekecilan dan high heels yang menyiksa injakan saya. Saya tahu saya akan pingsan bila saya memaksa diri. Tanpa pamit dengan teman-teman terdekat saya jalan sendiri sedikit terhuyung menuju kursi. Begitu duduk tidak begitu lega seperti yang saya harapkan. Pandangan makin lama makin gelap, suara yang terdengar semakin mengecil. Saya tahu ini pingsan, saya pernah merasakannya dulu sewaktu upacara SMP. Saya menyenderkan kepala saya kekursi depan. 10 detik saya tidur namun masih bisa berpikir. Keringat dingin yang mengalir masih dapat saat saya rasakan saat itu. Pusing saya rasanya sedikit mereda. Saya menyadari teman menghampiri saya. Mereka menurunkan resleting torso agar saya dapat bernafas dengan lancar. High heels saya lepas. 10 menit berlalu saya merasa masih tidak kuat berdiri. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak berfoto dengan rektor, saya menyuruh teman saya untuk kembali ke antrian. Beberapa menit kemudian teman saya menghampiri saya lagi kali ini bersama petugas yang mengurus berlangsungnya acara. Mereka menyodori saya pertanyaan, sampai akhirnya tawaran nyalip antrian di tujukan kepada saya. Saya tertawa licik, sambil cengengesan saya mengiyakan. Akhirnya saya menggunakan flat shoes teman saya yang ukurannya besar  karena keadaan tidak memungkinkan untuk menggunakan high heels. Bulu mata dan songket saya sama-sama. kendor. Tapi sudahlah, saya ingin cepat pulang. Saya berjalan ke panggung melewati antrian. Saya sadar saya sedang diperhatikan, entah karena alas kaki saya, bulu mata, atau kasian karena saya sakit. Beberapa suara yang saya kenal memanggil namun saya abaikan. Sampai akhirnya saya sudah berada didepan rektor. Horeee! Bisa ditebak hasil foto nanti pasti muka saya kusut, merengut. Ya, mau gimana lagi.Perjalanan menuju parkiran, saya sempat berkata "lumayan buat bahan cerita di blog gue" kepada teman saya yang mengomentari kejadian yang baru saya alami itu.
Tidak hanya saat yudisium, hari wisudanya pun saya masih 'tersandung batu' dalam prosesnya. Saya tidak mengulangi kesalahan untuk make up. Saya mendapat riasan yang saya mau. Kebaya baru saya ternyata kesempitan (lagi). Saya cukup prepare untuk wisuda ini, karena saya tidak mau menyusahkan orang lain lagi. Saya mau bersenang-senang, bukan kliyengan seperti kemarin. Saya tidur cukup, sarapan, pup di salon, membekal sandwich dan sebotol pocari sweat. Urusan salon selesai, saya sengaja meresletingkan torso setengah bagian saja untuk sementara. Jemputan saya berada di seberang salon, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk puter balik karena macet. Akhirnya saya nyebrang dengan full make up, kebaya dan songket. Jubah toga yang masih di hanger saya tenteng. Blunder, saya memegang hanger nya bukan jubahnya. Saat sudah diseberang saya baru menyadari jubah saya tidak ada. Saya menoleh kebelakang. Jubah toga yang susah payah saya dapatkan hasil kerja keras kuliah selama ini sedang terlindas kendaraan yang sedang lalu lalang. Oke saya ulangi lagi.Jubah toga saya jatuh di jalan raya, beberapa kali digiling ban-ban besar yang lewat. Ya, itu jubah toga saya teman-teman.Sedih tapi yang keluar lagi-lagi tawa cengengesan saya. Untungnya ada Adit yang menyelamatkan jubah saya, ia yang mengambil jubah itu di tengah jalan, sedangkan saya menunggu di tepi jalan. Saya mengucapkan terima kasih padanya, sempat berkata "untung gak pake acara nyangkut di mobil orang, terus harus ngejer-ngejer mobil itu dulu ya". Detik kemudian saya merangkul erat-erat jubah toga saya yang untungnya tidak sobek tapi penuh debu itu. Wisuda berlangsung, saya menghemat energi, tidak ikut berdiri ketika bernyanyi. Mengipas-ngipaskan muka agar mendapat udara segar, menghabiskan minuman dan makanan. Disaat semua wisudawan berdoa untuk masa depan yang cerah, saya malah berdoa untuk tidak pingsan lagi hari itu. Wisuda berjalan lancar. Saat hiburan berlangsung, seorang wisudawan perempuan berbadan besar naik keatas panggung dan menyanyikan lagu dengan sangat indahnya. Saya ingat, perempuan besar ini orang yang bersama saya ketika mengganti kebaya dan menunggu di salon tadi. Terus kenapa? Gak kenapa-kenapa sih. Berasa punya kedekatan saja. Au ah. Keluar dari ruangan saya disambut mawar merah dari Ibu dan Akak. Senang sekali. Beberapa langkah setelah itu saya menemukan Adit dengan sebuket mawar putihnya. Dengan malu-malu saya meraih bunga itu. Saya mendapatkan 2 bunga di wisuda saya. Hal yang tidak saya harapkan sebelumnya. Setelah berfoto dengan keluarga dan teman-teman seangkatan termasuk Adit. Saya pun pulang. Senja itu saya tidak mempedulikan teriakan ibu yang menyuruhkan saya memakai high heels saya. Saya berjalan telanjang kaki menuju parkiran sambil menggandeng si bocah tengil Abrar. 
Saya menoleh kebelakang sejenak, gedung rektorat itu tersenyum kepada saya. Jingganya langit saat itu mengingatkan saya pada hangatnya senyuman seseorang. Seseorang yang beberapa menit kemudian menemukan saya. Dijalan yang sama ketika saya menemukannya siang itu saat menuju balairung.


Saya dengan atribut wisuda bersama Ibu yang salah lirik kamera (Foto ini memang mainstream, setiap wisudawan mayoritas menyempatkan dirinya untuk berfoto di depan gedung rektorat, entah apa maknanya saya belum tahu)

Kamis, 30 Agustus 2012

Cerita kemarin

Tidak hanya Cicak, saya juga ber-autotomi. Mungkin bila dibandingkan perasaan lega dari ancaman lawan antara cicak dan saya, saya lah yang lebih lega. Cicak hanya baru menjadi sasaran lalu menyelematkan diri. Sedangkan saya sudah babak belur baru ber-autotomi. Cicak memutuskan ekor tanpa rasa sakit, sedangkan saya.... Ya sudahlah saya tidak akan mendapatkan kelegaan ini di habitat manapun kalau tidak ber-autotomi.

Jumat, 17 Agustus 2012

lewat tengah malam

Entah beberapa ratus hari yang lalu saya pernah menjunjung tinggi kenyamanan. Selalu mencari pembenaran untuk sesuatu yang dulunya saya beri label 'nyaman'. Pemaksaan pun saya halalkan. Sampai akhirnya saya lelah untuk kebohongan yang saya buat sendiri. Saya tidak nyaman dengan kenyamanan saya ini. 
Semua memang tidak bisa sesuai dengan apa yang sudah saya rancang. 
Pada akhirnya saya sadar kenyamanan saja tidak cukup, tapi juga keharmonian. 


(postingan galau ini dipastikan akan saya hapus beberapa hari ke depan)

Sabtu, 21 Juli 2012

3 DAYS OF SUMMER

Ayo kawan, kita berkumpul!
bergembira bersuka ria
Di pulau pramuka, di pulau pramuka
bersama humas vokasi UI 

Seutas lirik yang dikarang-karang oleh salah satu teman saya ketika liburan ke Pulau Pramuka kemarin. Tidak lupa dengan yel-yel seperti ini "HUMAS UI... TJIEE TJIEE TJIEE AMAZING".
Sebelum cerita liburan kemarin menjadi kisah klasik, saya akan menceritakan 3 days of summer ini lewat gambar-gambar yang sempat di abadikan.

 
Adim-Oren-Adi-Alina-Saya-Lani-Naia-Dawin sedang antri tiket kapal
Perjalanan menuju Muara Angke penuh dengan was-was karena takut tidak kebagian tiket kapal, (salahkan Herza yang janji datang jam 5 subuh tapi telat 45 menit). Untungnya tiket kapal yang tersisa sangat cukup dengan jumlah kontingen kami

Menunggu keberangkatan kapal lumba-lumba

Lani-Saya-Herza
Saya jadi atap-ers karena di dalam kapal terlalu membosankan. Di atap saya bernyanyi, mengobrol dan menontoni Bubu yang mabok laut.
Saya
Masih di atas atap kapal yang dingin karena angin yang sangat kencang

Saya
Inilah ekspresi saya setelah menginjak daratan kembali!

Homestay Neneng
Homestay ini diinapi oleh 32 orang, tidur sempit-sempitan ada bocah ngorok, bocah nginggo, bocah begadang, ketauan deh semua kelakukan.

 Binsar-Saya-Naia-Dm-Bubu-Aul-Oneng
Urusan perut sudah tidak bisa ditolerir lagi dan bak menemukan harta karun "WarJok Gaul" ini  pun menyelamatkan kita dengan nasi uduknya. Hari-hari selanjutnya saya selalu sarapan dengan menu yang sama dan tidak ketinggalan segelas kopi hangat sebagai dessert. 


Ternyata WarJok Gaul ini memang gaul! Ini salah satu tempat duduk di sana, bikini boooo!

  Binsar-Saya-Oren-Lani-Bubu
Disaat teman-teman lain istirahat di homestay, saya berlima memilih berkeliling disekitar homestay dan menemukan pantai yang landai. Foto ini ceritanya membentuk tulisan HUMAS, tapi yaa... gitu.

Herza dan Pancingan rakitannya sendiri
Sepulangnya ke homestay, saya bertengger di depan teras melihat Herza dan Ojan dengan muka mengkerut karena terlalu serius membuat pancingan. Saya merasa sedang berada di acara Bolang.
Ciwi-ciwi Humas
Sedang menunggu abang tukang perahu datang menjemput untuk menyebrang ke Pulau Karya

Yoga-Herza-Bubu-Alina-Oren-Rani-Lani-Aul-Oneng-Saya
Saya kebagian perahu yang memiliki kadar bacot yang tinggi dibandingkan perahu sebelah.

Alina-Bubu-Oneng-Saya-Aul-Herza
Berenang-berenang ditepian pantai Pulau Karya

Bubu-Yoga-Dawin-Aul-Adi-Bela-Alina-Rani-Oneng-Dm-Saya-Bela BBB-Binsar
BASAH

 Saya dan Yoga
#Nowplaying Efek Rumah Kaca - Kenakalan Remaja di Era Informatika

Aul-Bocil-Bubu-Dugong-Alam-Saya-Naya
Setelah selesai berbasah-basahan, saya dan lainya mengeringkan diri di belahan pantai yang tertangkap banyak sinar matarahi, tidak lupa berfoto dulu. 

Saya 
Bergaya sembari menunggu ojek perahu datang

Sampai Homestay berebut mandi dan makan enak yang enak gak ada obatnya!

Dugong-Alam-Dm-Debby-Saya-Adi
Ini gambar keesokan harinya,sarapan di WarJok Gaul sambil membahas skandal antara Alam dan Bubu.  Malam sebelum pagi ini saya dan beberapa teman yang lain berkumpul di teras dan mengobrol dengan bahasa jawa lengkap dengan baju tidur, persis seperti asisten rumah tangga sedang berkumpul. 

Penakaran Penyu
Tapi sayang pengelolanya sedikit kurang ramah. 

Saya-Herza-Yoga
Berdiri didepan salah satu kendaraan warga.

Lani-saya-Oren-Konak (Kakak Ojan Nakal aka Fitra)
Sehabis dari penakaran penyu saya dan yang lainnya mojok di dermaga menyantap gorengan bakwan isi tahu yang super banget rasanya.


Saya dan Lani
Snorkeling perdana saya tidak berjalan dengan lancar. Panik ini tiada terkira. Akhirnya saya hanya melihat sebentar alam bawah laut lalu naik ke atas perahu, bertengger di ujung mengeringkan badan.

 Saya dan Bayi Hiu
Seusai snorkeling, rombongan singgah di penakaran ikan.

Saya sedang menyembah matahari barat


Usai menyembah matahari kemudian saya pun menjilatnya bak Oreo. (Di foto dan edit oleh Adi)

Segambreng
Hari sudah mulai gelap, saatnya pulang kawan

Saya-Lani-Rani-Oren
Malamnya kami berempat bermain kembang api di tepi pantai, sambil menemani para lelaki memancing. Setelah itu kami satu kontingen berkumpul dilapangan bola di dekat dermaga untuk sharing unek-unek. Scene ini paling mengharu biru. Seketika saya merindukan suasana kelas. Sayang tidak ada foto, adanya video. 

Lani-Oren-Saya
Hari terakhir di pulau pramuka, sebelum pulang kami bertiga membantu Ojan mencari umpan pancingn berupa kepiting dan kerang tidak lupa foto dahulu.

 Segambreng
Suasana perjalanan pulang. Kapal lumba-lumba sedang tidak beroperasi hari itu, terpaksa kami menaiki kapal alternatif yaitu kapal kayu. 85% bocah tidur efek antimo.

DAN PULANG................
DAN BERPISAH..............

Tapi,


Saya, Mpus, Herza, Adit, Adi, Aji, Yoga tidak langsung pulang. Kami mencari makan seafood di Muara Angke. Kenyangnya luar binasa.
Setidaknya ada 30 bungkus otak-otak, 1kg Kerang Ijo, 1kg Udang, 2kg Cumi-Cumi, Nasi sebakul, 3 es teh manis, 3 aqua botol, 2 teh botol dan 2 kerupuk habis diperkosa oleh kami bertujuh.

Perjalanan pulang dihiasi oleh muka-muka bego karena kekenyangan, tambah bego lagi karena macet yang lagi ampun-ampunan. Selama perjalanan kami bertujuh melihat foto-foto selama liburan dan karokean lagu Jamrud.

Range Rover lewat.
Herza: Eh cewek...
Adjie noleh
Herza: Patah tu leher
Herza & Gue Ketawa
Adjie: Beneran cewek
Herza & Saya noleh
Adjie: Patah tu leher
Adi, Adit, Adjie, Herza, Yoga ketawa

Sampai akhirnya sekitar jam 11 malam kita sampai di Depok dan berpisah.......

Saya sampai di kost-an, tertegun di ujung tempat tidur menyadari sesuatu yang baru saja saya rasakan setelah 6 semester. Kenapa saya baru merasakannya sekarang, setelah kebersamaan akan berakhir. 

Jumat, 20 Juli 2012

Nenek moyangku memang seorang pelaut

Bertenggerlah saya di depan luar kapal kayu, tepat di kaca depan kapal (ah susah sekali mendeskripsikannya) melamunkan biru dari barat daya hingga timur laut. Sejauh mata memandang hanya laut. 
Biru. Indah. Menganga. 
Sinar terik matahari sore tidak berhasil membujuk saya untuk beranjak mencari tempat yang teduh. Saya berkata pada matahari bahwa saya masih betah bersetubuh dengan laut. Tiupan angin seakan memberi kedipan tanda setuju dengan saya kepada matahari. Matahari menyerah. 
Kapal kayu yang sudah berumur ini mengayun-ayunkan saya ke kanan-kiri seirama dengan ombak. Beginikah rasanya berada di ayunan kain ketika masih bayi? Di ayun-ayun seperti ini sangat tenang. Tenang sampai ke benak. 
Laut seperti menghipnotis, memaksa saya untuk melamun dan mengapatiskan saya dari teman-teman lain yang berada di sebelah saya. 

Seketika Herza menghampiri saya.
Herza: "Daritadi gue dengerin Sigur Ros sambil tiduran disini"
Sesegera mungkin saya mengumpat diri sendiri karena tidak terpikirkan untuk mendengarkan lagu Sigur Ros disaat momen yang sangat tepat. Namun, beberapa saat setelah itu kapal terhenti. Di tengah laut. Saya hanya berbalas pandang dengan teman yang lain. Bisik terdengar tali kemudi putus. Kali ini saya menganga bukan karena indahnya laut, namun karena takut. Saya tidak bisa berenang adalah kalimat yang ucapkan berkali-kali ditengah kecemasan teman-teman. Moncong kapal lama kelamaan bergeser ke kanan karena angin laut yang kencang. Tidak sampai 5 menit masalah teratasi hanya dengan cara tradisional. Sekali lagi saya terkagum dengan kehidupan lautan. 

Perjalanan pulang dari Pulau Pramuka ke Muara Angke yang sangat memuaskan. 
Setelah laut, saya siap berdecak kagum untuk gunung. Tapi kapan? 

Jumat, 06 Juli 2012

From 36,0° C to 16,0° c

"Take me out tonight 
Oh, take me anywhere, I don't care 
I don't care, I don't care 
Driving in your car 
I never never want to go home 
Because I haven't got one, da ... 
Oh, I haven't got one"

- The Smiths

Akhirnya beban tugas akhir selesai sudah dengan hasil A bulat! Sudah saatnya saya memperhatikan kembali hal yang sebelumnya saya sampingkan. Laki!. Tujuan awal sebenarnya ingin menyelesaikan, namun mungkin masih belum saatnya. 

Minggu, 01 Juli 2012

Another Stupid Things Happen

Akhirnya saya lulus sidang. Hore!!!
Keesokan harinya saya diajak Lani dan Hudi ikut mereka ke BSD mencari ruko untuk usaha KarmaTour mereka, kenapa tidak? toh profesi pertama saya setelah sidang adalah pengangguran. 
Pertama melihat komplek gudang pabrik-pabrik, sangat menarik mungkin karena pemandangan seperti itu tidak pernah saya lihat sebelumnya. Lalu lanjut dengan mencari ruko, sebenarnya saya hanya duduk-diam-manis di mobil saja sih. Setelah selesai, kita bersantai siang di rumah Gilang. Sorenya melihat sunset kantor Froggy dan beberapa 'kegiatan' lainya. Malamnya kita berempat mengunjungi Living World tepatnya di Roppan. Kita pun memainkan permainan sambung kata dimulai dengan hukuman menyelipkan daun di rambut. dan...

Lani: Bulu..... (lalu giliran saya)
Saya : PUKI...... (Seriously, di otak saya tertera kata Wicky (nama kucing Lani) entah 'perbuatan' siapa yang membuat saya malah mengeluarkan kata tidak senonoh itu. Saya harap ada yang percaya dengan kejujuran yang lebih terdengar 'ngeles' ini)


dan mereka bertiga diam 2-3 detik
saya kira tidak ada yang menyadari saya baru saja mengeluarkan 'kata' itu
Mereka bertatapan, 
dan...........
menertawai saya..........



Saya merasa orang paling cabul sedunia malam itu dan entah bagaimana sekarang citra saya di depan orang-orang yang masih termasuk teman baru ini. Kalau saya menyebutkan puki dengan sengaja mungkin tidak akan semalu ini, saya pasti akan mengucapkannya lengkap dengan senyum mesum.


Lihatlah muka saya, perpaduan ekspresi kalah bercampur rasa malu setelah mengucapkan kata puki.

Jumat, 18 Mei 2012

Pertanyaan dan jawaban

Semua pertanyaan selalu berpasangan dengan jawaban, untuk keduannya bertemu yang dibutuhkan cuma waktu. Bagaimana cara kita mengontrol waktu? Oke saya perbaiki pertanyaan itu menjadi: bisakah kita mengontrol waktu? Jawabannya tidak. Sekalipun mesin waktu benar-benar nyata bisa digunakan. 
Timbul lagi satu pertanyaan, bagaimana jika kita tidak sadar bahwa jawaban atas pertanyaan kita sudah ada? (baiklah dua pertanyaan, mmm.... beberapa pertanyaan) apa yang menjadi ukuran agar kita bisa tahu bahwa suatu jawaban benar-benar jawaban dari pertanyaan kita? Siapkah kita menerima jawaban dari suatu pertanyaan? kembali ke kalimat pertama "semua pertanyaan selalu berpasangan dengan jawaban, untuk keduannya bertemu yang dibutuhkan cuma waktu". Dengan kata lain, semua pertanyaan barusan belum bertemu dengan jawabannya saat ini. 

Berhentilah bertanya adalah jawaban untuk semua pertanyaan.


Kamis, 17 Mei 2012

Semoga Tuhan memaafkan wanita yang menulis tulisan ini.

Tiba-tiba saya merasa kasihan dengan Tuhan. Saya sering memanfaatkanNya. Masalah klasik namun berat: selalu alim ketika masalah datang namun sering melupakanNya ketika sibuk dengan urusan duniawi. Sekarang saya down, saya sholat dengan khusyuk, berdoa dengan tenang dan mengaji satu 'ain. 
Sebelumnya? sholat dimenit-menit terakhir, hanya melafalkan bacaan sholat dan ayat lewat mulut, tidak dengan hati dan pikiran. Pikiran saya selalu terbang tentang apa yang saya akan lakukan setelah sholat. Tidak lupa dengan gerakan yang cepat dan doa yang hanya saya anggap sebagai penyempurna sholat. Untuk mengaji pun tidak sempat saya pikirkan. Belum lagi dengan aurat yang belum kunjung ditutup atau ucapan-ucapan yang seharusnya tidak saya keluarkan.
Ya, terkutuklah saya. Terkutuk karena saya menyadari itu semua salah, namun masih melakukannya.
Entah bagaimana nanti timbangan pahala-dosa saya, surga atau neraka kah? Saya belum percaya diri memikirkan tentang surga. Tentu tidak ada yang abu-abu di alam sana. Surga dan neraka tidak seperti pria dan wanita yang bisa membias menjadi banci atau tomboy. Saya tidak siap untuk mati. Masih banyak yang harus saya revisi di dunia ini. Tapi pantaskah saya untuk berpikir bahwa 'saya belum siap mati'? tentu jawabannya tidak. Sepintar-pintarnya saya memanfaatkan Tuhan, saya tetap tidak bisa mengganggu gugat surat itu.

Anehnya, doa selalu bekerja, tidak pernah cuti, tidak pernah ingin meminta balasan. Berdoalah senista apapun kita, semua akan terjawab dengan cara dan waktu yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. 
Doa tidak pernah memilih siapa yang harus dikabulkan atau siapa yang harus diabaikan. 
Hidupkanlah doa di hidupmu.  

Senin, 14 Mei 2012

untuk semua yang terekam namun enggan di putar ulang

Dari segala hal yang saya ketahui, bungkam adalah pilihan favorit saya. Mengenyamnya untuk memperkuat rasa yang tidak dapat lagi terdefinisikan dengan bahasa makhluk hidup. Satu hal yang saya genggam sekarang, diri sendiri. Saya berjalan lurus tidak menoleh sederajat pun, tanpa mendapat clue apapun untuk  kejutan yang akan saya temui di ujung sana. 

Siang itu sehabis berburu barang di kudapan debu, saya dan dia berhenti di sebuah hutan di tengah kota di Bandung. Mereka menyebutnya taman olahraga, tapi saya tetap mengangap tempat itu adalah hutan (dan bukan untuk olahraga). Tempat yang saya sangat idam-idamkan setelah membaca beberapa buku (lebih tepatnya saya terobsesi dengan gunung). Saya berbaring di papan-papan yang menjadi tempat berinjak untuk mengelilingi hutan. Saya menyipitkan mata karena matahari berada tepat di atas saya, sempat saya bayangkan matahari mengajak saya berbicara karena posisi kami yang berhadapan. Berbaring di tengah hutan membuat saya merasa sedang berada di planet lain dengan ukuran kecil, dan ranting-ranting pohon adalah lapisan ozon yang sangat cantik. Setelah saya pastikan matahari tidak akan pernah bisa bicara, saya pun menutup mata. Tidak hitam yang saya lihat, tapi jingga. Begitu besar kekuatan cahaya matahari, dengan mata tertutup pun saya masih bisa melihat warna cahayanya. Saya mereganggangkan persendian dengan membentangkan tangan dan kaki sambil menghirup udara dalam-dalam, berharap dapat mencium aroma fotosintesis yang sedang berlangsung di sana.

Sang raja tata surya mulai membawa saya ber-monolog, Percakapan dengan diri sendiri yang sudah saya ulang di tiga tahun terakhir ini. Entah ada berapa banyak Tria Saraswati yang ikut dalam diskusi itu, mereka tetap sama, saling menyalahkan walau sadar bahwa mereka dalam jiwa yang sama. Seperti biasa, tidak ada keputusan yang dihasilkan. 

Saya keluar dari monolog itu, menajamkan kembali panca indra. Bentuk fisik bulat matahari kembali terlihat mengintip di balik ranting-ranting pohon. Nyanyian merdu serangga, yang saya tidak tahu persis apakah itu jangkrik, kumbang atau serangga yang seumur hidup saya belum pernah temui. Tersadarlah saya bahwa  kicauan burung memiliki kompetitior yang sangat harus diperhitungkan. 

Sekian menit saya melupakan keberadaan pria yang sedari tadi berada di pojok tempat saya berbaring. Saya menyimpan kembali kata-kata di dalam kantong semu. Kini permukaan kantong semakin menggembung dan terasa berat. Kantong itu lah yang menemani saya untuk terus berjalan lurus. 





Hutan.. maukah kau menikah denganku?


Selasa, 01 Mei 2012

candu Sigur Ros

Sekitar dua bulan lalu, seperti malam-malam tidak bisa tidur sebelumnya, saya pun menjalankan 'ibadah sunah' yaitu youtubing. Bosan melihat video pertandingan Juventus tahun 90an, akhirnya saya googling dengan keyword yang  polos yaitu: video klip kontroversial wajib tonton. Muncul lah satu situs yang menampilkan beberapa video klip salah satunya Sigur Ros - Viorar Vel Til Loftarasa (cerita sedikit, sebelum ngetik kata viorar di blog ini selama dua bulan ter-sigur ros-kan saya mengira viorar itu vidrar, saya merasa gagal dalam membaca, saya harus kembali menggunakan kaca mata. Sampai akhirnya saya googling lagi kata vidrar, dan ternyata juga ada yang nulis vidrar vel til loftarasa. oh man, saya merasa dipermainkan, yang benar viorar apa vidrar? saya sudah coba googling dan google translet (sepertinya google sudah pantas saya jadikan Tuhan) namun akhirnya saya tunda mencari lebih dalam, lebih baik menyelesaikan tulisan ini dulu, baru nanti saya cari tahu dan saya posting lagi). Oke balik ke cerita utama, sebelumnya saya sudah tahu tentang band ini, tapi tidak pernah sekalipun mendengarkan lagunya.

Akhirnya setelah buffering dan........... menganga lah saya mendengarkan lagu dan melihat video klip tersebut. Saya merasa ada di dunia lain (ini serius) mungkin juga karena faktor tengah malam yang sunyi, suasana hati yang tidak menentu. Tapi saya rasa ini juga karena Sigur Ros yang memiliki energi berbeda yang aneh dan sangat kuat dalam lagunya. Kelam, desperate, suram, mencekam dan berpotensi untuk memotivasi orang bunuh diri, dan entah kenapa saya suka lagu yang seperti ini. 

Di video klip Viorar Vel Til Loftarasa ini ceritanya tentang dua orang laki-laki usia 13-15 tahunan  yang saling mencintai, dan pada scene mereka berdua dalam satu pertandingan bola, saat salah satu dari mereka berhasil mencetak gol mereka berdua melakukan selebrasi ciuman di tengah lapangan di hadapan seluruh teman-teman, guru dan orang tua murid. Ciuman yang.......sangat syahdu dan dari hati bukan porno dan menjijikan (menurut saya yang bukan laki-laki). Effect slow motion yang mempertegas ekspresi damai kedua pemuda itu berciuman, seorang bapak yang marah, dan ekspresi jijik oleh teman-teman sekolahnya membuat saya makin penasaran siapa orang di balik pembuatan video klip super keren ini. Video klip ini sangat Jonsi  sekali, karena kabarnya dia adalah seorang gay. 

Dan saya pun jatuh cinta pada lagu pertama dengan Sigur Ros (dan si jenius Jonsi). 

Saya mencari tahu video-video yang lain, dan tetap saja unsur keren nya gak luntur-luntur. Di video klip Svefn G Englar lebih tepatnya ketika Jonsi menyenandungkan "ciyuhuuuuuu" di menit ke 3.09 terlihat sepasang penderita autism sedang berpelukan, keduanya memejamkan mata dan menggoyangkan badan ke kanan dan ke kiri di hamparan rumput hijau yang luas, tidak lupa dengan effect slow motion. 

Dan masih banyak video klip cerdas lainnya. Berhubungan lirik mereka menggunakan bahasa Islandia yang melihat huruf-hurufnya saya tidak mengerti bagaimana cara melafalkannya dengan benar, saya hanya terhipnotis dengan alunan suara, musik dan visual yang diberikan tanpa tahu makna lagunya (beberapa lagu saya tahu berkat google translet). 

Aliran musik Sigur Ros adalah post-rock, yang memakai instrumen rock tapi bukan untuk lagu rock, biasanya struktur musiknya dari lemah ke keras kayak ada klimaksnya, tidak ada reff/chorus, lebih jelasnya  post-rock adalah quiet-hard-silent-noise-hard-quiet dan durasi waktu yang lama. 

Menurut saya (edisi sotoy) dua ciri-ciri utama band yang cerdas itu adalah pertama ketika kita mendengar nama bandnya, hal yang pertama kali terbayang di benak kita adalah lagunya bukan muka-muka anak bandnya. Kedua ketika mendengarkan lagunya kita hanya diam, memfokuskan indera pendengaran dan menumpulkan penglihatan, tidak ada niat untuk ikut bernyanyi mengikuti lagu, dan Sigur Ros mendapati urutan paling atas untuk daftar band cerdas menurut catatan saya (padahal baru kenal dua bulan loh)


PS: ternyata bukan viorar vel til loftarasa atau vidrar vel til loftarasa, yang benar adalah Viðrar Vel Til Loftárása

Senin, 30 April 2012

Alana dan Devdan

Mungkin saat ini hanya saya yang mengenal Alana dan Devdan. Entah seperti apa kabar mereka sekarang. Menunggu saya kembalikah? atau sedang merasa lega dengan keterpaksaan yang saya buat untuk mereka beberapa bulan yang lalu?
Maaf sudah menggantungkan kalian di bagian yang mungkin sudah kalian berdua tunggu. Tenang semua masih terekam jelas di otak ini. Tenang? akankah kalian mencemaskan itu? saya rasa tidak, ah tapi tidak begitu tidak juga.
Saya janji akan mempertemukan kalian di halaman terakhir, tapi saya tidak bisa janji kapan hari itu tiba (kalimat barusan seperti Deja vu, seseorang pasti mengerti ini). Jangan bergerak, hangatkan diri kalian berdua dengan merubah spasi menjadi single dan arial narrow font. Kali ini percayalah dengan kalimat "saya pasti akan kembali".

PS: Bibit sudah saya tanam, namun hama yang sombong mengharuskan saya untuk mengabaikan bibit itu dulu. Hama kali ini lebih tidak bisa saya remehkan. 

Minggu, 11 Maret 2012

Jeremy, how are you today? ( Pearl Jam )

Setidaknya sudah 24 jam kepala saya di penuhi nama Jeremy hari ini. Saya orang yang terlalu telat mengetahui lagu Pearl Jam berjudul Jeremy. Mulanya saya youtube-ing mencari video klip bertemakan ditinggal mati pacar (ntah kenapa pikiran saya melayang tentang bila saya ditinggal mati seseorang). Saya mendapat Katy Perry - The One That Got Away, Ash - Starcrossed dan J-Lo feat Anthony- No Me Ames. Sampai akhirnya saya bertemu dengan video Jeremy ini, video klipnya bercerita tentang seorang pelajar SMP/SMA yang selalu di olok-olok semua temannya, Jeremy merasa bosan dan muak sampai akhirnya dia berdiri di depan kelas dengan pistol, lalu memasukan pistol ke dalam mulutnya. Terlihat juga seluruh teman-teman kelasnya mati ditembak. Scene ketika ia memasukkan pistol ke mulutnya dipotong, untungnya saya berhasil mendapatkan potongan penting itu.
Saya bergetar melihat ini. Entah kenapa hal-hal seperti ini sangat menarik bagi saya. Usia belasan memang rentan memiliki pola pikir yang tergesa-gesa, dan labil. Saya meresapi video klip ini seakan-akan ini benar-benar terjadi.
....... dan ternyata pernah terjadi

Saya penasaran dan mengetik keyword Jeremy Murder Pearl Jam. Munculnya semua berita yang terkait. Lagu ini ternyata terinspirasi dari kejadian sebenarnya. Tanpa aba-aba bulu kuduk saya berdiri, karena pada saat itu tepat tengah malam, keadaan sepi dan jendela kamar saya masih terbuka lebar.
Nama lengkap ia adalah Jeremy Wade Delle, 16 tahun seorang anak SMA di daerah Richardson. Ia menembak dirinya di depan kelas dan ditonton oleh 30 murid lain dan guru bahasa inggrisnya. Cara ia menembak dirinya persis sama dengan di video klip, memasukan 357 Magnum Caliber Revolver ke dalam mulutnya.
Sebelumnya ibu guru bahasa inggris Jeremy memintanya untuk keluar kelas karena ia telat masuk. Kemudian Jeremy berjalan ke depan kelas, sebelum menodong mulutnya dengan pistol Jeremy sempat berkata "Miss, I got what I really went for"

............................................... kalimat ini masih terngiang-ngiang dikepala saya.


PS: Saya selalu heboh dengan sesuatu yang saya anggap WAH. Mungkin bagi Anda ini sesuatu yang biasa, tapi untuk orang introvert ini harus dijadikan materi penting dalam buku sejarah.