Selasa, 18 Oktober 2016

Mendadak Reggae!

Awal desember, disatu siang yang membosankan di depok. Saya dan seorang teman (Fika, 20 tahun) mencapai titik kejenuhan luar biasa terhadap kuliah dan depok. Keluar depok terasa berat mengingat hari jumat yang memiliki nickname “macet se-jagat raya” terlebih lagi di lenteng agung. Yang ada malah mati gaya di jalan, dan mendidihlah rasa jenuh. Teman saya yang lain (Rani, 20 tahun) menunggu sang pujangga (Open, 22 tahun) menjemputnya di kamar kost saya. Kamar kost saya yang ukuran hanya 5x5 sering dijadikan ‘rumah singgah’, padahal kondisinya seperti habis mengalami gempa 8,9 Ritcher. Tapi untungnya mereka tidak masalah, atau sebenernya mereka menggerutu dalam hati. Ya walaupun menggerutu di luar hati, bisa dipastikan saya tidak peduli. Menurut saya kamar berantakan memiliki kenyaman tersendiri, dan saya akan menyesal mengetik kalimat barusan ketika saya mulai susah mencari barang (fyi: saya pernah kehilangan rice cooker saya yang ternyata di tumpukan baju dan mendapati pasangan sepatu boots saya di dalam lemari pakaian saya. Anda sudah mulai bisa membayangkannya ?).
Saya dan Fika dengan memanggul rasa bosan dan tidak tahu diri akhirnya ikut mobil Ope dan Rani ke rumah Rani di cibubur. Dari mulai merencakan turun di cibubur junction, turun di tempat makan sekitar (karena masih ada rasa tidak enak merecoki mereka yang akan pacaran dirumah). Akhirnya di tengah perjalanan, Rani memutuskan untuk mau menonton Open ngeband dalam keadaan setengah sakit. Dua orang yang haus akan jalan-jalan pun kegirangan (baca: saya & fika).
Sampai di Kemang jam 9 malam. Dalam hati saya merasa saltum ketika masuk Eastern Promise karena menggunakan baju+jeans bekas dari kuliah. Pas masuk, DANG! Ternyata saya tidak saltum, pengunjung kebanyakan orang asing dan berpenampilan casual seperti saya. Bayangan saya, saya akan menonton livemusic yang biasa saya nikmati di tempat lain. Tapi yang ini beda, musik Reggae. Saya hanya dengar Reggae di dufan dan hanya tau no woman no cry Bob Marley itu pun karena pernah dijadikan jingle iklan sabun. Saya sangat menikmati aliran musik ini, saya melupakan sejenak enaknya lagu underoath, lamb of god, trivium, bullet for my valentine. Saya semakin antusias dan ikut menggoyangkan badan dan sempat mengatakan “I love reggae” kepada Rani yang sudah senior didunia per-reggae-an. Dan selanjutnya saya dan yang lainnya pun jadi sering ngekorin band Javabeat (nama band reggae Open) diberbagai tempat manggung. Faktor lain juga karena ada yang terlibat cinta lokasi (tetep, cinta selalu bersemi seenaknya). Saya pun mulai mendownload album Bob Marley dan menyetelnya hampir setiap hari.
Apakah suatu saat saya akan memutuskan untuk menggimbalkan rambut saya, memakai baju ala-ala pantai, dan……………..mengisap marijuana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

leave your comment..