Selasa, 18 Oktober 2016

WE ARE THE CHAMPION

Tadinya gue berpikir gak ada yang lebih seru di banding zaman SMA. Ternyata gak juga, kuliah gak terasa membosankan di semester funtastic four ini.
Semester ini gue dan anak sekelas diberi tugas buat suatu event. Setelah voting ini-itu terbentuklah event yg berjudul UI Frantinity (Franchise Opportunity) yaitu seminar tentang menjadi pengusaha franchise.
Oke, gue disini gak akan bahas tentang formalitas dari event tersebut. Tapi lebih ke 'behind the scene' yg gue alami karena acara ini.
Salah satunya, pas gue ikut tim danus ngamen,ada gue, bianca, nco, osha, alam, olin, ayu, nadya, sasy dan debby. Sebenarnya gue tidak terlalu berpengaruh di ngamen ini. Karena lagu yg tim bawa banyak yg gak gue tau, jadi gue cuma "babibubo" pas nyanyi. Dari daerah tebet-santa-taman widia-kemang-bulungan dan beberapa yg gue gak tau namanya. Gak semua tempat yang kita datangi sukses, faktor preman yg memaksa kita untuk balik ke mobil dengan tangan kosong. Pukul 1.30 kita break sebentar lalu lanjut ngamen lagi. Kita parkir mobil di pinggir jalan, gue rebahan-selimutan-jaket sambil ngomongin bola sama osha, nco selaku penyetir istirahat sambil minum, bianca & olin mampir ke sevel terdekat untuk buang air kecil sekalian jajan. Kita persis seperti 2 mobil konvoi mudik yang sedang istirahat di pinggir jalan pas dini hari (untungnya gak tidur di mesjid segala) dan sesuatu yang sangat bertolak belakang terjadi antara gue dan bianca pada saat itu. Bianca sedikit
risih harus mengabarkan ini itu ke pacarnya setidaknya 1x15menit wajib lapor, sedangkan gue tidak mendapat respon apa-apa dari sang pacar atas kabar yg gue kirim. (Lagi-lagi gue menyakinkan bahwa 'sesuatu yg berlebihan itu memang tidak baik'). Masalah orang memang berbeda-beda.
Setelah break kita membatalkan untuk melanjutkan ngamen, karena lelah dan ngantuk kita pun memutuskan untuk mengakhiri ngamen. Tujuan pertama jalan pulang adalah rumah olin, sepanjang jalan kemang gue, sasi, bianca, dan nco yang berada di mobil yang sama menyanyikan lagu-lagu dengan nada tinggi dan sumbang (baca: hancur). Hasil dari kombinasi antara macet, lelah, ngantuk, laper, dan lagu galau. Kita mampir sebentar di rumah olin, akal-akalan gue sih biar sekalian bisa nonton el clasico. Sasy yang tidur di lantai, petikan gitar osha, bianca yg cemas ingin pulang, nco yg ngantuk, ayu yang 'gaduh', dan tawa kita ketika alam, debby, olin beradu lelucon. Dan tetap, fisik gue yang gepeng menjadi salah satu objek ceng-ceng-an. gue sangat menikmati tawa mereka karena itu. Setelah kenyang tertawa, kita pun hengkang dari rumah olin sekitar pukul 2.45. Gue, deby dan nadya tidak memungkinkan untuk pulang ke depok di jam segitu, akhirnya kita nginep di rumah ayu.
Mandi-tidur-bangun-sarapan. Pas sarapan sesi curhat perempuan pun berlangsung, mereka ngomongin mantan dan gebetan. Gue tetap memposisikan diri gue sebagai pendengar tanpa bercerita cerita cinta gue ke mereka. Mendengar cerita cinta mereka terasa indah bagi gue. Tapi lebih indah lagi menyimpan cerita cinta yang gue alami sendiri.

cerita ngamen selesai. lanjut ke cerita menjual bunga. Saat penjualan pertama, gue, adis, bianca, tenyom dan tiara membungkus sendiri bunga mawar. Dan sangat repot dan memakan waktu, akibatnya 3 bunga terpaksa di skip karena harus menyebar bunga ke kantin2 kampus. Ketika pulang, gue berpikir pasti mereka yang membeli bunga sedikit menyesal membeli seharga 20 ribu dengan mawar yg sedikit layu. Padahal modalnya di bawah dari 30 % harga penjualan.
Penjualan bunga yang kedua hanya ada gue, bianca, tenyom, debi. Jangan pernah tanya jalan kaki dari rumah tenyom (sebelum ITC depok) - Kober itu capek atau gak. Sudah jelas jawabannya SANGAT CAPEK KARNA SANGAT JAUH. Untuk menghibur diri, gue, bianca dan tenyom menyanyikan sepotong lirik penyemangat sepanjang perjalanan, ini liriknya "mari kita bekerja (mari kita bekerja), bakar rumah mereka (bakar rumah mereka) perkosa ibunya (perkosa ibunya) sodomi ayahnya (sodomi ayahnya)..." Ini hanya sekedar lelucon. Dan saat menjual bunga ini, gue menjadi saksi bentuk-bentuk cinta yang beredar di depok. Dan ini sangat membuat galau. awalnya galau karena seorang pria yang kita ramalkan sedang pdkt ke wanita di hadapannya. Ia langsung membeli bunga, tanpa menanyakan harga bunga terlebih dahulu. Mata pria itu tidak lepas memandang wanita di depannya. Oke. fix. Gak mau munafik. gue iri. Dan ternyata itu cuma galau cemen. Ada yang lebih dari itu, yaitu ketika seorang
ayah memberikan bunga mawar merah untuk anak perempuannya tetap dengan sikap gentle nya. ada lagi, ketika seorang ibu-ibu mengatakan "aku mau beli, untuk anakku sayang" ia ambil bunganya, diberikan kepada anak gadis nya lalu mencium pipi anaknya. Dan ada lagi, ketika ibu muda memanggil dua anak perempuan kecilnya untuk memilih bunga mana yang mereka mau, dua anak kecil itu terlihat puas dengan mawar yang mereka pilih, lalu menunjukan bunga tersebut ke ayahnya. Dan yang terakhir, terlihat sangat biasa bila di film, ketika seorang pria muda yang tiba-tiba menghampiri kami, ia membeli setangkai bunga, lalu langsung bergegas berlari pergi, ia meletakkan bunga tersebut di punggungnya. Oke, gue baru saja menyaksikan ketulusan. Itu surprise yang sangat klasik. Tapi ini benar-benar berasa meaning bila dilihat dari sisi pria itu berlari dengan senyum deg-deg-an sambil menyembunyikan mawar yang akan ia berikan. Dan penjualan bunga mawar pun berakhir dengan makan
malam di angkringan.
Dan H-20jam. Gue ikut nginep di kampus, sekalian bantu-bantu anak perlengkapan mengatur ini itu. Jam 11 malam, hanya ada gue, tenyom, binsar dan lintong. Kita belum bisa melalukan apa-apa karena ruangan masih di pakai untuk shooting sinetron gogogirl. Karena cewe-cewe yang maen sinetron masih muda berpakaian minim berseliwiran, membuat cerita-cerita jadi cenderung ke arah yang porno, lintong melipat-lipat celana pendeknya agar terlihat semakin pendek, 90% pahanya terbuka, persis gigolo. Binsar beberapa detik striptis, dan juga membayangkan "itu" dengan salah satu cewe yang maen sinetron di backstage lengkap dengan desahannya. Gue cuma ketawa, dan gak merasa risih atau ilfil sama sekali karena perempuan sendiri. Gue tau ketika cowo-cowo berani cerita seperti itu pas ada gue, artinya saat itu gue di lihat sebagai cowo juga, bukan sebagai cewe.
Kita berempat di pojokan lokasi shooting, persis kayak alay-alay yang menonton shooting sinetron. Setelah shooting bubar, dan beberapa yang lain juga sudah mulai datang, adjie, yoga, adi, igoy, osha, alam, nco, dawin, nadya, ayu, olin dan sirly kita mulai bekerja. Memasang wall of fame, backdrop, diselingi dengan opera sabun yang berceritakan tentang igoy si anak yang tidak mau turun, dan gue si wanita tidak perawan, binsar pencerita. Masih pas menghias panggung, gue dan tenyom main gitar sambil nyanyi-nyanyi lagu anak gaul labil, kayak killing me inside, PWG dengan suara khas vokalis rocket rockers. Jam 3 dini hari, gue, ayu, alam dan sirly mengecheck keadaan festival di fisip. Fisip kosong melompong, dan kita menemukan keganjilan, meja kita tiba2 dipake oleh tim lain. Lalu tenyom, olin, nco dan osha menghampiri kita di fisip. Kita mengeliling fisip lengkap dengan gonggongan anjing penjaga fisip. Tenyom, olin dan nco lebih dulu balik ke PSJ, dan mereka
ingin membeli makanan. Gue pun di minta menyusul mereka ke PSJ, karena takut gue minta temani osha, tapi osha malah nakut2in. Dia bilang ada wanita yang baca di mbrc. Sebenarnya gue tau dia bohong, tapi ntah kenapa bulu kuduk gue merinding. Gue, nco, olin, tenyom dan osha pun pergi membeli ayam di kfc, setelah membeli ayam, kita mencari air minum untuk seminar, sampai akhirnya di juanda, olin dan osha tidur sambil memangku bucket ayam. Ketika ambil balik arah,"gue : eh ntar 10 juta kita bawa liburan kemana enaknya? Tenyom: 10 juta darimana? Gue : dari jamsos...." BRAAAAAAK!!. Eng ing eng.. Ada pengandara motor yang jatuh dan mengenai mobil kita. Shock. Pukul 4.30. Tenyom, osha dan olin menghampiri pengendara motor yang jatuh. Nco meminta gue untuk tetap di mobil menemani dia yang masih shock. Keadaan genting. pak udin si yang jatuh tidak berdarah, namun ia mengaku kepala dalamnya sakit. Motornya lumayan hancur. Ntah kenapa gue yakin banget pak udin yang
nabrak kita. Namun hukum jalan berkata lain "mobil selalu menjadi pihak yang tersalahkan".
Pak udin meminta untuk diantarkan ke bos nya di dekat depok mall (random: ntah kenapa setiap ingin mengatakan depok mall yang terucap malah medan mall. Ini terjadi hampir 5 kali. Dan demi allah pas gue mau ngetik depok mall, yang keketik malah medan mall, buru-buru gue hapus)
Gue, nco, osha pun mengantar pak udin, sedangkan olin dan tenyom menunggu di jalan. Di saat keadaan genting seperti ini, hape osha tinggal, hape gue mati, pulsa nco, tenyom olin habis, dompet ada yang tinggal, dan tidak ada yang memegang uang cash. Sial memang.
Osha melobby pak udin dan bos nya, dan akhirnya kita lepas dari pak udin. Tapi ban mobil bocor sebocor-bocornya sehingga harus berhenti di tengah jalan. Di dalam mobil kita bertiga, hanya terdiam. Hari sudah mulai terang, gue lihat jam udah pukul 06.00, ingatan gue langsung flashback ke kata-kata sasy di gedung E malam itu, "yang telat datang jam 6 denda 50 ribu. Gak nerima alasan telat apapun, kecuali kalo dia sekarang dirumah sakit" kalimat 'gak nerima alasan telat apapun' bergema-gema di pikiran gue. Dan sekarang gue telat karena musibah tabrakan ini, dan kita gak sekarat dirumah sakit. Apakah alasan ini juga tidak bisa diterima?

Adi, tenyom dan olin datang (motor sudah di dalam mobil). Gue ikut mereka untuk mengembalikan motor ke yang empunya. Dan karena motor berada di dalam mobil, kita pun duduk dengan posisi yang mengenaskan. Seperti korban penculikan yang duduk di lantai mobil. Gue langsung flashback lagi ke percakapan sebelum pergi, ada yang nyeletuk kalo kita pergi naik mobil hartop aja, biar kayak penculikan. Dan taaraaa.. Here we are. kejadianlah adegan yang seperti penculikan.
Sesampainya d rmh pak udin, adi & olin masuk rumah pak udin untuk melobby ganti rugi. Sedangkan gue dan tenyom di mobil, lelah, diam, dan tiba-tiba menyanyikan lagu pagi tetap dengan nada suara vokali rocket rockers. Setidaknya ada 5 lagi yg gue dan tenyom nyanyikan ketika itu. Pak udin udah di letakan dengan indah di rumah. Gue yang dari ngantuk & laper - gak ngantuk & gak selera makan - ngantuk & laper. Belasan ayam goreng yang hanya sempat kita endus-endus wanginya masih tergeletak manja di mobil.
Perjalanan kembali ke kampus keluarlah kalimat "kalo udah hari H nya tiba pasti ada aja yang aneh-aneh"
Sampai di kampus, ruang seminar sudah rapi. Panitia yang lain sudah rapi dan memakai kaos uifrantinity. Gue dengan muka yang random, gak pake mandi gak pake gosok gigi, gak makan, ganti baju dan langsung cabut ke fisip ngurusin stand-stand. Bolak balik sana sini. Dan akhirnya gue berkunang-kunang. Berdiri diam di depan meja registrasi, im not okay. Gue langsung cari tempat duduk agar tidak sempoyongan, kalo gue pingsan pas lagi begini, pasti ngerepotin banget. Akhirnya gue berpindah tugas duduk di registrasi. Mengharukan, tiket sold out. Dan sedih juga pas bapak-bapak datang dengan semangat, tapi sayangnya gak kebagian tiket. Gue sensitif banget kalo udah menyinggung tentang bapak (ayah).
Seminar berlangsung sangat membanggakan, bangku peserta penuh. Pembicara sangat menarik, peserta tidak ada yang sibuk sendiri, mencatat poin poin penting. Dan membuat para panitia merinding bangga melihatnya.
acara berakhir. Lega, bangga, terharu, senang, puas, terpancar dari muka-muka panitia pas ngumpul sebelum bubar. Di benak gue saat itu kalau adegan ini di dalam suatu film, pasti soundtrack yang keputer adalah lagu queen-we are the champion. Pikiran gue bersenandung WEEEE AAREEE TTHHEEEE CCHHAAAMPPPIIIOOOON MYYYY FRIIIIIEEEENNNDDDDD~


Nb: dibalik kesuksesan event ini, banyak sekali kekurang-kekurang kecil bila dilihat secara individu. Tapi itu manusiawi. Manusia sempurna cuma hidup di neverland.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

leave your comment..